Langsung ke konten utama
Beberapa hari yang lalu, aku ada kegiatan workshop komunikasi di Ponorogo, Jawa Timur. Workshop ini diadakan dibawah payung SILAT APIK PTM 2017. Acara komunikasi kok ada silat-silatannya ya? Silat ini kepanjangan dari  'Silaturahmi Asosiasi Pendidikan Ilmu Komunikasi Perguruan Tinggi Muhammadiyah'. Acara yang berlangsung dari tanggal 21-24 Agustus ini diikuti oleh PTM se-Indonesia. Tapi sayangnya ngga semua PTM ikutan. 



Ikutan workshop ini sebenarnya pengalaman ku yang out-of-the-box banget. Kenapa? Karena selama 3 tahun terakhir hidup di UMSU, kegiatan ku lebih banyak di bidang Quran. Agak miris sih sebenernya, karena experience aku dibidang komunikasi ini bisa dibilang hampir ngga ada. Padahal udah kuliah 3 tahunan tapi ngga ada sesuatu yang nyambung untuk ditulis di CV. Makanya, ada event kaya gini dan alhamdulillah terpilih untuk mewakili kampus tuh rasanya..seneng b-g-t dah!!

Keluar dari Medan, keluar dari pulau Sumatera, kemudian bertemu dengan orang-orang baru, dengan kultur berbeda, bahasa yang berbeda tapi nantinya juga bakal jadi calon-punya-profesi-sama, benar membuat mata silau. Lalu merasa cahaya yang kita bawa dari rumah menjadi redup kemudian padam seketika. 

Ngga salah deh pepatah yang mengatakan iri tanda tak mampu. Melihat sinar orang lain lebih berkilau, lebih waw dan lebih kinclong tanpa disadari ngebuat pertahanan diri langsung 'ngiung-ngiung' kaya sirene pemadam kebakaran. Penyakit mental sih ini sebenarnya, gampang rendah diri dan berakhir jadi pasif di lingkungan. Gini deh jadi manusia introvert. Tapi, asyiknya jadi introvert kita bisa mengamati lebih dan lebih mengamati. Jadi kaya gelas kosong *emang kosong sih sebenarnya* yang berharap bisa penuh pas pulang ke rumah. So, mari kita ceki-ceki selama 4 hari disana udah sepenuh apa gelasnya!

***
DAY 1



Komentar

Postingan populer dari blog ini

Sakit tak pernah semenyedihkan ini

Jika A adalah sebuah permulaan dan Z kita katakan sebagai akhirnya, siapa yang bersedia menemani dan mengisi kekosongan ruang diantaranya? Yang bersedia menemani dari awal sampai akhir dengan keikhlasan dan tanpa rasa egois? Jawabannya, tak satapun. Bukan orangtuamu, bukan saudara mu, bukan sahabatmu, bukan kekasihmu. Karena takdir setiap manusia untuk manusia lainnya adalah takdir untuk saling silih berganti, datang, menetap kemudian pergi. Siapa yang hendak disalahkan? Jika aku berakhir bukan sebagai pilihan. Aku percaya, setiap manusia punya pilihan yang harus menguntungkan hidupnya. Sebutlah ia keegoisan. Siapa yang mau susah jika ada pilihan mudah? Ini adalah catatan perjalanan hidup yang pemerannya adalah manusaia dengan segala label hubungan yang sedang menemani untuk sampai ke huruf Z. Drama semester akhir. Drama dimana segala pemainnya benar-benar menjadi pemain tunggal. Lupakan kedekatan yang mungkin sudah terjalin selama 3 tahun bersama. Lupakan percakapan dan janji-j
Hallo, beauty!! Finally, tahun ini aku genap berusia duapuluhsatutahun tanggal 21 Juni kemarin. Widih, udah makin 'gedek' anak buk mimi ya. Semoga gedenya dibarengi sama bertambahnya kedewasaan , dewasa dalam sikap dan makin pintar ngerawat diri. Jangan  amburadul  kali- lah  jadi cewek,mbak. Mandi bisa dua hari sekali kalau liburan dan kalau ingat (...yaAllah joroknya), jarang bedakan, ngga ngerti begincu, ngertinya liptint sama lipstik angin doang. Pantas puberty kaga ada ngaruh-ngaruhnya yee.  Kemarin, aku ngga sengaja ngebaca artikel di idntimes.com yang intinya kalau udah umur 21 tahun itu, kurang-kurangin lah hidup penuh drama, ngambekan, gampang kesinggung, udah harus tau prospek kedepan dan yang paling penting mulai peduli sama diri sendiri. Agak jleb juga sih bacanya, ini kalau si mz pacar yang baca kayanya dia bakalan suruh baca nih artikel ribuan kali, biar masuk ke otak.  Karena artikel itulah, si anak ABG telat ini, mulai tertarik buat beli makeup dan b